![]() |
Cover Film Sebelum Pagi Terulang Kembali |
“Mana Ada Orang Tua Yang Tidak Mau Membantu Anaknya, Sedang Bulan Kalau Bisa Dikasih Pasti Dikasih. Tapi Benar Atau Tidak Itu Cuma Kamu Yang Tahu Yan” Kata Ibu Iyan disuatu sore.
*******
Korupsi adalah hal yang sudah lumrah dan lekat dengan kehidupan negara kita Indonesia dan kehidupan pribadi-pribadi didalamnya. Hampir setiap hari layar televisi kita tidak pernah absen memberitakan tentang korupsi. Masyarakat indonesia sudah sangat akrab dengan yang namanya korupsi. Tapi film yang didedikasikan untuk gerakan anti korupsi dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang berjudul Sebelum Pagi Terulang Kembali ini membuat para penonton tidak hanya bisa melihat secara gamblang tapi seakan-akan dapat menyentuh pola bagaimana Korupsi itu bekerja dan membuat orang-orang sekitar kita perlahan-lahan digerogoti lalu terjebak olehnya.
Sutradara Lasja Fauzia Susatyo dapat membuat penonton turut merasakan kelelahan, kegelisahan
serta ketidakberdayaan sang tokoh utama “Iyan”
dalam menghadapi lingkungan kerja dan juga ada anggota keluarganya yang menganggap
bahwa Korupsi adalah hal biasa.
Dikisahkan
seorang lelaki bernama Yan Prasetyo (Alex Komang) begitu istrinya memanggilnya,
ia seorang pegawai negeri kalau sekarang menyebutnya ASN (Aparatur Sipil
Negara) di Dinas Perhubungan. Yan menjabat sebagai wakil kepala, wakil kepala
yang tidak disenangi oleh atasannya karena terlalu memegang teguh prinsipnya
yang tidak mau bermain curang.
Yan
mempunyai istri bernama Ratna (Nungki Kusumastuti) yang bekerja sebagai Dosen
Filsafat di UI, pasangan yang pas, sama-sama idealis .Yan dan istrinya dikaruniani tiga orang anak,
putra sulungnya bernama Firman (Teuku Rifnu Wikana) Putra kedua bernama Satria
( Fauzi Baadiala) serta seorang putri cantik bernama Dian ( Adinia Wirasti) .
Yan
selalu mengajarakan anak-anaknya untuk hidup sederhana, tidak konsumtif. Ia
selalu berpesan bahwa walaupun hidup sederhana dan bukan orang berpunya tetap
harus punya harga diri.
Kebijaksanaan
Iyan ia dapat dari sang ibu yang saban hari tidak pernah lelah menasehatinya
untuk menjadi bijaksana dan hidup sederhana.
Seperti penggalan puisi Khalil Gibran “Anakmu bukanlah milikmu, mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri” Iyan dan istrinya bukan tidak mengetahui
ataupun tidak menasehati anak-anaknya untuk selalu hidup di jalan
lurus. Tidak
apa walaupun hidup sederhana tapi anak-anak Iyan menjadi pribadi mereka masing-masing.
Satria menjadi
seorang kontraktor yang ambisius menghalalkan segala cara agar ia mendapatkan
proyek pembangunan pelabuhan di Muara Tanjung. Termasuk memaksa ayahnya agar dapat menjadikan perusahaan kontraktor tempat Satria bekerja menjadi perusahaan pemenang tender. Perusahaan yang
akan membangun proyek pelabuhan
yang diurus Dinas Perhubungan tempat Iyan,
ayahnya bekerja sebagai wakil
ketua.
Putra sulungnya
Firman yang tiba-tiba pulang kerumah karena diceraikan istrinya gara-gara
pengangguran lama-lama ikut bekerja dengan Satria sebagai pengoper uang
(bagi-bagi duit) pada orang-orang yang bekerja kotor sama Satria. Tidak hanya
menjadi pengoper uang Firman juga bermain gila dengan pembantu rumahnya yang
notabandnya adalah istri dari sopir bapaknya .
Sedangkan Dian
berhenti bekerja karena ingin menikah dengan anggota DPR bernama Hasan (Ibu
Jamil). Dian tidak lagi bekerja karena ingin membantu karir calon suaminya yang
katanya hebat dan pro rakyat. Hasan dan temannya yang juga anggota DPRD juga bekerjasama dengan Satria bagi-bagi
hasil uang proyek pembangunan pelabuhan.
Ketiga anak Iyan
seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Iyan mengundurkan diri dari
tempatnya bekerja karena merasa tidak layak karena sudah sedikit membantu
anaknya Satria memenangkan tender proyek. Istri Iyan, Ratna seorang dosen
filsafat yang biasa memberi nasehat kepada mahasiswanya merasa
aneh dengan dirinya sendiri karena tidak bisa menyentuh anak-anaknya lewat
nasehatnya sama sekali.
Iyan memang
pribadi yang jujur tapi ia sangat kelelahan. Lelah bukan karena bekerja diusianya yang tidak lagi muda tapi
lelah karena menghadapi orang-orang
disekitarya yang kebanyakan ingin bermain serong termasuk anaknya sendiri. Semoga
orang-orang seperti Iyan diberi kekuatan karena memang spesiesnya sudah
langkah!!.
Bom waktu itu
memang meledak, Firman ditangkap disaat memberikan uang kotor kepada rekan
kerja Satria. Satria dan Hasan juga tidak ketinggalan, mereka semua masuk
jeruji besi. Sedangkan Dian batal menikah disaat hari pesta pernikahannya
tinggal menghitung jam. Hasan yang katanya DPR pro rakyat itu
ternyata sudah memiliki anak dan
istri. Dian selama ini hanya fokus pada jabatan yang di
miliki Hasan tapi mengabaikan bagaimana kepribadiannya.
Ibu Iyan meninggal
tidak lama setelah pernikahan Dian batal
lalu kedua putranya masuk penjara. Iyan belum gagal mendidik anaknya, ia masih
punya kesempatan Sebelum
Pagi Terulang Kembali
Komentar